Strategi Bershodaqoh

Written By: onnyhendro - Jul• 04•12

Menurutku.. Sekali lagi menurutku lho yes… Menunaikan Sholat 5 waktu rutin seumur hidup seorang umat muslim, tidaklah serta merta menjadikannya otomatis masuk surga…. Niyat gampang klo cuman gitu.. Hehe.. Begini maksud saya, menurutku sholat itu hanya salah satu syarat untuk mendapatkan paspor.. So, bagi yg sholatnya rajin otomatis dapat paspor.. Yg tidak sholat, pasti tidak dapat paspor..
Lha trus yg namanya Syahadat, zakat, puasa dan Haji bagi yang mampu.. Itu adalah 4 syarat lainnya… Ingat yes..baru syarat dapat pasport lho yes.. Jadi, ngga ada rumusnya baru nglaksanakan puasa atau zakat koq trus berpuas diri pasti masuk surga… “No way..”, Kata wong londo enggris..
Jadi, skali lagi iki menurutku lho yes.. Syarat bikin pasport, selain photo 4×6, kita harus persiapkan dgn baik data2 pendukung lain seperti  yg namanya syahadat, sholat, zakat, puasa.. Dan bahkan, bagi yg sdh dianggap dan merasa dirinya Mampu.. Ada Syarat tambahan.. menunaikan ibadah haji menjadi syarat wajib baginya…
Saya koq meyakini, hal ini juga berlaku untuk agama lain.. Misalnya sodara2 kita umat kristiani.. Rajin ke Gereja itu seharusnya baru syarat untuk mendapatkan ‘Pasport’.. Dan belum bisa membuat mereka bebas berwisata di Surga milik Alah Bapa mereka..
Udah gitu.. klo sampeyan dah pegang paspor, emang langsung bisa berangkat ke luar negri?? Ya enggak tho… Masih diperlukan banyak hal untuk menuju yg namanya luar negeri.. Ya ngurus visa, mbayar.. Beli tiket pesawat, mbayar.. Airport tax, mbayar.. Taxi di sononya, mbayar.. Hotel, mbayar.. Mbayar, mbayar, mbayar..
Nah..Berarti, setelah kita pegang paspor…masih dibutuhkan banyak ‘uang saku’ untuk bisa mencapai yg namanya ‘luar negri’…Dan Sepertinya, luar negri yg bernama SURGA pun menurut saya koq sama.. Paspor sebagai syarat wajib bisa berangkat.. Tapi tetep musti Punya banyak ‘uang saku’ untuk bisa berangkat.. Tapi juga sebaliknya, si kliwon, juragan mie ayam di kampungku.. punya rumah, punya kontrakan, mobilnya dua.. Speda motornya empat..tabungan juga oke.. Tapi pasti ngga akan mungkin bisa tamasya ke singapura.. Wong dia ngga pernah ngurus dan punya paspor..hehe..mbingungin khan..?
Wis, kembali ke laptop aja dulu.. klo memang bener demikian, maka setelah yakin pasti dapat pasport.. kita tinggal mencari sebanyak2nya ‘Uang Saku’.. dan salah satu cara yg paling efisien dalam memperoleh serta mengumpulkan ‘Uang Saku’ adalah sodaqoh..sbab, sodaqoh tuh pahalanya bisa kayak MLM.. Bahkan lebih hebat dari income-nya AMWAY lho.. Coba perhatikan janji Beliau:
“Permisalan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir terdapat seratus biji. Dan Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 261.)
So.. Jelas tho.. 1:700 lho.. Dan itu janji Beliau..mosok Tuhan bo’ong..yang bener aja..hehe
Syaratnya cuman satu koq.. Ikhlas… Wis, itu aja.. jadi, klo kita lemparkan Rp 1000 maka Allah janjikan, pasti Balik Rp 700.000 … Lha klo pengin punya uang saku Rp 700 jt… Ya tinggal lemparkan aja Rp 1 jt dengan ikhlas…. Allah ngga mungkin bo’ong toh?!! (tentang ‘ikhlas’, ntar kita bahas tersendiri di judul selanjutnya yes..)
Emang sih, ada 4 kemungkinan cara Allah balikin 700x nya pada kita..
1) secara langsung.. Saat itu juga kita diberi gantinya
2) Beliau tunda, entah besuk, lusa, bln depan, th depan.. 10 th lagi.. Terserah Beliau
3) subtitusi.. Misalnya, Ngasih senyum, dapat roti..
4) kalo ngga sempat di kasihkan di dunia, Beliau jadikan amalan di akherat…
Kadang, alternatif ke 4 itulah yg bikin kita ragu,”apa iya bener, kita dapat ganti 700x ??”
Bodho… Kan udah jelas, Agamaku, Agamamu dan bahkan Agama mereka selalu mengajarkan dan bahkan meyakini bahwa “TUHAN ngga mungkin BOHONG”.. trus nunggu apalagi???
Gini..gini.. Kalian mungkin akan ragu, hari ini mau sodakoh Rp 5000 tapi takut kalo 700x nya jangan2 akan beliau balikin dgn cara alternatif ke 4..  Gampaaang.. Allah kan Maha Pemurah lagi Maha kreatif.. Bagi aja sodaqoh mu 5x Rp 1000…. Lempar dengan ikhlas… Pasti Allah akan bervariasi pula nglempar balik 700x nya ke kalian.. Coba deh… Yg pasti HARUS IKHLAS lho yes..
dan ingat lho yaa, jangan salah mengartikan dan mencampur adukan antara ‘syarat mendapatkan paspor’ dengan cara mencari uang saku.. Hati-hati, Zakat laiiin pool lho ama sodaqoh… Zakat yg hanya 2,5% dari harta kita itu kewajiban…
Seperti halnya Perpuluhan: berarti persepuluh, yang dalam perjanjian lama, Abraham melakukannya sebagai tanda syukur (Kejadian 14:20) itu adalah kewajiban..yang harus dilakukan karena merupakan bagian dari ucapan syukur karena telah menerima keselamatan.. Demikian pemberian sedekah tidak mendekatkannya kepada Allah. Karena Allah adalah Bapanya, ia memberi sedekah sebagai tanda terima kasih kepada Allah dan dengan hati penuh sukacita (Injil, Surat II Korintus 9:7).
Bener lho yaa.. Jangan keliruuuuuu… sebab itu haknya fakir miskin..kita cuman dititipi ama Beliau, dan di test apakah kita bisa berfungsi bagaikan ‘TALANG AIR’..
Trus, satu lagi.. Yg kadang jadi polemik adalah, harus sembunyi2 atau sebaiknya terang2an ???? Menurut saya, yang penting melaksanakan.. Biar Allah nanti yg menilainya.. 
Coba perhatikan bunyi surah Ibrahim ayat 31:
“Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang beriman, hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi maupun terang-terangan, sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual-beli dan persahabatan.”
Ya khan… Yang penting tuh cari uang saku sebanyak- banyaknya.. Laksanakan!!! Jangan cuman ngributin, berdiskusi atau berpolemik tp ngga jalan2… Nih, ada satu gambaran lagi.. Berkata Ibnu Abbas : “ Allah menjadikan pahala sedekah tathowu’ ( yang tidak wajib ) yang diberikan secara sembunyi-sembunyi sebanyak 70 kali lipat , dan menjadikan pahala sedekah wajib yang diberikan secara terang-terangan sebanyak 25 kali lipat dibanding yg diberikan secara sembunyi-sembunyi. Begitu juga halnya dengan seluruh ibadat wajib dan yang tidak wajib . “
So.. Kalo aku.. Biarpun hanya 25x pahalanya, tapi kalo ada 10 orang lain yg mengikuti kegiatan kita… Dapat pahala 250x juga deh kayak’nya…hehe

Ayoooo cepaaaat mencobaaaaaaa…..
(bersambuuung maneeeh…)
ReadmoreStrategi Bershodaqoh

Menguatkan Komitmen Pada Al-Qur’an

 “Allah telah menurunkan sebaik-baik perkataan, yaitu Al-Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang; gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian kulit dan hati mereka menjadi tenang pada waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun yang mampu memberikan petunjuk kepadanya.” (QS. Az-Zumar [39]: 23).
Begitulah Allah menjadikan Al-Quran sebagai rujukan kaum Muslimin dalam meniti hidup. Guna mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Selain itu, Al-Quran juga menjadi obat (penawar) bagi penyakit hati, yang terus mewabah di tengah masyarakat modern. (QS Al-Isra [17]: 72).
Karena itu, setiap Muslim hendaknya menguatkan kembali komitmen kepada Al-Quran. Mengimani, membenarkan, mencintai, menghormati, dan mengagungkannya.
Setiap saat, seorang Muslim hendaknya terus berkomitmen mengamalkan Al-Quran. Untuk itu, diperlukan langkah padu dan konsisten agar komitmen ini terus terjaga. Sedikitnya ada lima langkah yang perlu dilakukan.
Pertama, meyakini dengan sepenuh hati bahwa Al-Quran adalah kalamullah yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Kita wajib mengimani semua ayat yang dibaca. Baik yang berupa hukum-hukum maupun kisah-kisah. Baik yang menurut kita terasa masuk akal maupun yang belum dapat dipahami. Yang nyata maupun gaib. (QS Al-Maidah [5]: 83).
Kedua, menjadikan Al-Quran sebagai kawan akrab dalam kehidupan, yakni sebagai bahan bacaan terbaik dalam perjalanan umat manusia. (QS Al-Baqarah [2]: 121).
Ketiga, berupaya memahami setiap kata dan kalimat indah yang tertera dalam kitab mulia ini. Tadabbur Al-Quran dilakukan dengan mengulangi ayat-ayat yang dibaca dan merepasinya dalam hati. (QS An-Nisa’ [4]: 82).
Keempat, mencoba menghafalkan dan menjaga hafalan ayat demi ayat dengan sepenuh jiwa. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang di dalam rongga tubuhnya tidak ada sedikit pun Al-Quran, tak ubahnya bagaikan rumah yang bobrok.”
Kelima, mengamalkannya dalam hidup keseharian dan berpegang teguh pada hukum-hukumnya. Senantiasa berusaha menyelaraskan hidup dan tingkah laku, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW. Karena, sesungguhnya akhlak Rasul SAW adalah gambaran aplikatif dari Al-Quran.
Marilah kita menjadikan Al-Quran sebagai teman sejati. Ke mana dan di manapun berada, Al-Quran selalu menjadi tuntunan. Sebagaimana pesan Rasulullah SAW dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Hakim dari Hudzaifah, “Hendaklah kalian sekalian beredar bersama kitab Allah ke mana saja dia beredar.”
Bila sudah demikian, tak ada lagi kekhawatiran menghadapi berbagai himpitan. Bahkan, saat puncak kesulitan menerpa setiap diri di hari perhitungan kelak, Al-Quran akan menjadi syafaat.

Sumber: kolom hikmah Republika, 21 September 2010
ReadmoreMenguatkan Komitmen Pada Al-Qur’an

Konsultasi dengan Al-Qur’an

Saat ini secara umum umat Islam sudah sangat jauh meninggalkan Al-Quran. Jangankan mentadabburi, membacanya saja terkadang sudah tidak sempat lagi, lantaran ‘kesibukan’ sehari-hari. Sudah barang tentu kita memiliki kesibukan masing-masing, mulai dari bekerja mencari nafkah, belajar, mengurus rumah tangga dan keluarga, serta aktivitas sosial.
Namun, betulkah di tengah atau di antara sekian banyak kesibukan tersebut kita benar-benar tidak mempunyai lagi waktu untuk sekadar membaca Al-Quran? Jika kita mengatakan ya untuk pertanyaan di atas, mungkin kita perlu berkaca kepada kehidupan Rasulullah dan para salafushshalih. Mereka senantiasa berinteraksi secara intensif dengan Kitab Suci ini di sepanjang kehidupan.
Bagi mereka, Al-Quran adalah wirid (bacaanl harian, ibarat ‘makanan’ yang wajib dikonsumsi setiap hari sehingga ada yang mengkhatamkan bacaan Al-Quran setiap 10 hari, seminggu sekali, atau tiga hari sekali. Imam Syafi’i bahkan menuntaskan 60 kali bacaan Al-Quran pada setiap bulan Ramadhan. Tingkat minimal bacaan Al-Quran para sahabat adalah sebanyak tiga juz sehari, yaitu ketika mereka dalam keadaan semangat beramal menurun.
Komitmen mereka terhadap Al-Quran terbentuk sedemikian rupa karena keyakinan yang mendalam bahwa kunci kesuksesan, rahasia kemenangan, dan kebahagiaan hidup tersimpan di dalam Kitab Suci tersebut. Untuk menyingkap kunci dan rahasia tersebut tentu saja harus diawali dengan banyak membacanya (QS 29:45; 33:34), baik pada waktu malam maupun siang (ana’al-lait wa athrafannahar).
Intensitas membaca yang tinggi juga akan sangat memudahkan seseorang dalam menghafal Al-Quran. Langkah berikutnya adalah memahami bacaan tersebut [QS 3:7] dengan membaca terjemah dan tafsirnya. Selanjutnya, mengimplementasikan ajaran Al-Quran dalam kehidupan nyata (QS 2:121; 3:31) dengan cara berusaha ‘berkonsultasi’ dengan kitab pedoman hidup itu dalam menghadapi dinamika dan problematika kehidupan.
Untuk membangun kedekatan dengan Al-Quran diperlukan perjuangan, kesabaran tingkat tinggi (tashabbur), dan istiqamah karena penghalang dan godaannya memang tidak sedikit, baik yang berasal dari faktor internal, yaitu jiwa yang lemah dan malas maupun faktor eksternal, yaitu setan yang senantiasa berusaha menjauhkan kita dari Al-Quran dan lingkungan yang tidak kondusif.
Namun, dengan niat ikhlas karena Allah, usaha terus-menerus, dan banyak berdoa, maka kedekatan itu akan tercipta. Kesungguhan kita mendekatkan diri pada Al-Quran akan mengundang datangnya ma’unah (pertolongan) dari Allah. Hingga pada satu titik tertentu, semua kesulitan dalam perjuangan membangun kebersamaan dengan Al-Quran itu akan berubah menjadi kenikmatan.
Bahkan, hal tersebut akan menciptakan efek ‘ketagihan’ yang positif di mana seorang Muslim akan merasa ada yang kurang atau hilang jika satu hari saja tidak berinteraksi dengan Al-Quran. Dan, dia pun akan selalu berusaha untuk menambah intensitas interaksinya dari waktu ke waktu.

Sumber: kolom hikmah republika, 6 Maret 2012
ReadmoreKonsultasi dengan Al-Qur’an

Al Wahdah Kota Bandung

PROFIL
PESANTREN AL-WAHDAH
Jl. Batununggal Kel. Batununggal Kec. Bandung Kidul Kota Bandung 40266



ReadmoreAl Wahdah Kota Bandung